4 November 2018
Cinta
tidak mengenal sebagian, tetapi melibatkan seluruh diri pribadi . Seorang anak
sedang asyik bermain bola ditengah lapangan. Ia tidak terusik panasnya
terik matahari. Lupa makan dan minum. Ia seakan menjadi satu dengan bola
itu. Hal yang sama berlaku untuk orang yang mencintai apa yang dikerjakannya:
Pelukis yang sedang menggambar pemandangan seakan bersatu dengan alam
dihadapannya, petani yang tidak mengenal lelah mengerjakan ladang, perawat yang
sedang sepenuh hati melayani pasien, seorang pekerja sosial yang tekun melayani
orang miskin, mereka ini mencintai pekerjaannya dengan segenap hati, dengan
segenap jiwa dan tenaganya.
Yesus
mengajarkan kita bahwa Tuhan melebihi segala galanya. Maka mencintai Tuhan
harus dengan seluruh diri kita. Artinya kita harus memuji Tuhan juga kalau kita
sedang bekerja, kita harus berdoa kepada-Nya dalam setiap kesempatan, kita
membaca Sabdanya seperti kalau kita membaca surat kabar, mendengarkan Sabda-Nya
seperti kita selalu mendengar radio atau televisi. Dan dengan mencintai Tuhan
dengan seluruh diri kita, mengalirlah cinta kepada sesama seperti kita mencintai
diri sendiri. Artinya kita akan memperhatikan kepentingan orang lain,
ikut merasakan luka hati sesama dan coba mengerti impian mereka.
Yesus memadukan kedalam seluruh diri-Nya kedua
cinta itu, dan Ia memerintahkan kepada murid-Nya untuk melaksanakan yang
sama. Kalau kita mencintai Tuhan dengan seluruh diri kita dan sekaligus
mencintai sesama seperti kita mencintai diri kita sendiri maka Kerajaan Allah
sungguh ada ditengah kita.
Comments
Post a Comment