Bab I - Panggilan Hidup Manusia menurut Kitab Suci



Dalam Kitab Kejadian 1: 26-31, Allah menciptakan manusia secitra dan segambar dengan Allah. Anda diharapkan mengenal diri sebagai pribadi, Citra Allah dan dipanggil agar mampu hidup sebagai Citra Allah yang bersyukur atas keberadaan dirinya, menghargai hak azasi manusia, dan mampu bekerjasama dengan sesama, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta mampu berelasi dengan Tuhan sebagai pencipta kehidupan.

1.       Martabat Manusia sebagai Citra Allah
Manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah, dengan karunia istimewa yaitu akal budi, hati/perasaan, dan kehendak bebas. Adanya karunia akal- budi menjadikan manusia bisa atau memiliki kemampuan untuk memilih, karunia hati/perasaan menjadikan manusia bisa merasakan, dan karunia kehendak bebas menjadikan manusia mampu membangun niat-niat. Martabat manusia sebagai citra Allah merupakan landasan penghargaan terhadap hak azasi manusia. Semua hak azasi berakar dalam kodrat kemanusiaan yang lahir bersamaan dengan manusia. Nilai-nilai kemanusiaan itu berasal dari Tuhan, pencipta alam semesta. Setiap manusia memperkembangkan kepribadiannya dalam hubungannya dengan sesama atas dasar nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Para pemeluk agama harus menjadi pelopor dalam menegakkan hak-hak asasi manusia karena itu berasal dari Tuhan sendiri.

2.        Martabat Manusia sebagai Anak Allah
Manusia sebagai makhluk ciptaan yang mempunyai citra dan rupa Allah mempunyai tujuan yang diberikan oleh Allah sendiri. Tujuan hidup manusia adalah memenuhi kerinduan manusia mencapai kesempurnaan dalam segala-galanya, yaitu suatu kebahagiaan abadi berupa kehidupan kekal, hidup berbahagia bersama Allah Bapa di surga. Sebagai anak Allah, manusia terpanggil untuk hidup bersatu dengan BapaNya sesuai dengan rencana Allah. Martabat manusia sebagai anak Allah merupakan kunci untuk memahami sebenarnya siapa manusia.

3.       Martabat Manusia sebagai Pribadi Sosial
Manusia diciptakan untuk berelasi dan bersekutu. Relasi dan persekutuan ini memperlihatkan suatu ketergantungan dasar antarmanusia sebagai makhluk yang selalu ada bersama. Karena itu, manusia hidupnya tergantung satu sama lain. Allah tidak menciptakan manusia seorang diri: sebab sejak awal mula “Ia menciptakan mereka pria dan wanita” (Kej. 1:27). Rukun hidup mereka merupakan bentuk pertama persekutuan antarpribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam, manusia bersifat sosial; dan tanpa berhubungan dengan sesama ia tidak dapat hidup atau mengembangkan bakat-pembawaannya.

Sebagai citra Allah manusia adalah pribadi sosial, yang di satu sisi sebagai anugerah yang layak “disyukuri” dan di lain pihak mengandung tugas panggilan/perutusan yaitu “membangun”. Karenanya, kita perlu membangun kesadaran bahwa kita hidup dalam suatu komunitas kebersamaan. Kesadaran itu, hendaknya dihayati dengan sikap-sikap yang menunjang tercapainya kerja sama dan saling pengertian dan peduli di antara sesama manusia.

Mengomunikasikan Panggilan dan Tugas Perutusan Manusia sebagai Citra Allah

                Setiap manusia yang terlahir, dipanggil untuk turut serta dalam karya penyelenggaraan Ilahi. Panggilan ini berlaku untuk seluruh kehidupan manusia. Selama orang itu mampu, panggilan itu akan tetap datang padanya. Demikian juga dengan tugas perutusan manusia. Karena hidup adalah perutusan, setiap orang yang menjawab panggilan tersebut akan diutus untuk turut dalam karya penyelenggaraan ilahi.
Jika konsep hidup adalah rahmat, panggilan dan perutusan ini kita padukan dengan konsep tanggung jawab sosial, maka kita akan menyadari bahwa setiap manusia yang terlahir ke dunia sebenarnya diciptakan untuk berbagi talenta. Tuhan menghendaki kita untuk ikut membangun peradaban manusia. Tuhan memang memberikan kebebasan. Jika Anda tidak menanggapinya, akan ada dua implikasi. Pertama, talenta Anda tidak akan optimal digunakan, bahkan 19 bisa jadi tersia- siakan. Kedua, bisa jadi tempat yang seharusnya Anda isi, tetap menjadi kosong. Tindakan seperti ini bisa mengganggu perkembangan peradaban manusia.

Comments

Popular posts from this blog

Bab 8 - Gereja dan Iman yang Memasyarakat

Bab 3 - Agama dan Iman dihidupi dalam pluralitas