23 September 2018
“Tidak ada makan siang yang gratis”. Istilah
ini sering muncul dalam dunia politik di tanah air. Kata-kata pujian, kedekatan
dan keakraban politis, silaturahmi pada tokoh politik tertentu yang sejatinya
berbeda haluan, seringkali menjadi perbincangan dan melahirkan beragam tafsir.
Ujung-ujungnya orang menduga ada kepentingan tertentu yang menjadi tujuan.
Sejatinya sikap dan pilihan politik selalu dikaitkan dengan pelayanan publik,
demi kebaikan dan kesejahteraan hidup orang banyak. Maka, pelaku politik
sejatinya merupakan pelayan publik.
Yesus dalam pewartaan dan panggilan murid-murid-Nya telah
menegaskan posisi dan sikap kemuridan sebagai pelayan cinta kasih bagi sesama.
Penegasan ini dikemukakan karena para murid masih keliru memahami konsep
ke-Mesias-an Yesus. Bagi para murid, Yesus adalah Mesias duniawi yang akan
memerintah bangsa Israel. Karena itu intensi para murid pun masih dibayangi
konsep jabatan dan kekuasaan duniawi (bdk. Mrk. 9:35-34). Pemahaman keliru para
murid tentang Mesias diluruskan kembali oleh Yesus. Panggilan kemuridan
merupakan panggilan dalam pelayanan, berani menjadi kecil, meninggalkan
kepentingan diri sendiri, bahkan siap menderita dan berkurban demi keselamatan
dan kebahagiaan orang lain. Yesus Mesias adalah Yesus yang menderita, dibunuh,
tetapi bangkit untuk keselamatan manusia (bdk. Mrk. 9:31). Inilah tindak
pembelajaran dari sebuah pelayanan tiada batas.
Comments
Post a Comment